Museum Seni Rupa dan Keramik



Museum Seni Rupa dan Keramik terletak di Jalan Pos Kota No 2, Jakarta, persis bersebelahan (samping kanan) dengan Museum Sejarah Jakarta. Dibangun pada 12 Januari 1870. Diarsiteki pertama kali oleh Jhe. W.H.F.H. Van Raders pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Pieter Miyer untuk digunakan sebagai Rad van Justitie atau Kantor Pengadilan. Pada tahun 1949 ,digunakan oleh tentara KNIL sebagai sarana Nederlandsche Mission Militer (NMM), kemudian diserahkan kepada Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan digunakan sebagai gudang logistik.





Tahun 1970 s/d 1973 digunakan sebagai kantor Walikota Jakarta Barat, Setahun kemudian (1974), diserahkan kepada Pemerintah DKI Jakarta dan digunakan sebagai kantor Dinas Museum dan Sejarah. Baru pada tanggal 20 Agustus 1976 gedung ini diresmikan sebagai Balai Seni Rupa oleh Presiden Soeharto atas inisiatif Adam Malik. Selanjutnya pada tanggal 10 Juni 1977, Gubernur Ali Sadikin meresmikan Museum Keramik di gedung ini. Pada awal tahun 1990 Balai Seni Rupa digabung dengan Museum Keramik menjadi Museum Seni Rupa dan Keramik.



Museum ini menyimpan: Koleksi Lukisan sebanyak 436 buah, 7 buah koleksi patung, 21 buah totem kayu. Untuk lukisan, Museum ini menyajikan koleksi dari hasil karya seniman-seniman Indonesia sejak kurun waktu 1800-an hingga saat sekarang, antara lain: lukisan bertajuk ’Bupati Cianjur’ karya Raden Saleh, lukisan ’Abang Becak’ karya Henk Ngantung (1953), lukisan ’Gunung Pasir’ karya Popo Iskandar (1969), lukisan ’Abstrak’ karya Nashar (1974), lukisan ’Potret diri’ karya Affandi (1975), lukisan ’Rapat Ikada’ karya Otto Djaya (1985), lukisan ’Wanita’ karya Sri Warso Wahono (1988), dll.

Koleksi Seni Lukis Indonesia dibagi menjadi beberapa ruangan berdasarkan periodisasi yaitu:

* Ruang Masa Raden Saleh (karya-karya periode 1880 - 1890)
* Ruang Masa Hindia Jelita (karya-karya periode 1920-an)
* Ruang Persagi (karya-karya periode 1930-an)
* Ruang Masa Pendudukan Jepang (karya-karya periode 1942 - 1945)
* Ruang Pendirian Sanggar (karya-karya periode 1945 - 1950)
* Ruang Sekitar Kelahiran Akademis Realisme (karya-karya periode 1950-an)
* Ruang Seni Rupa Baru Indonesia (karya-karya periode 1960 - sekarang)

Untuk Koleksi Patung, antara lain: ‘Sawat Patung Rangda’ karya Harry Susanto, ‘Gadis Torso’ karya G. Sidharta, ‘Muka Dua’ karya Mustika, dll. Sedangkan untuk Koleksi Totem Kayu menampilkan patung-patung seperti Totem Asmat Patung yang berciri klasik tradisional dari Bali, totem kayu yang magis dan simbolis karya Tjokot dan keluarga besarnya.

Selain Koleksi Seni rupa, Museum ini juga memamerkan Koleksi Keramik yang terdiri dari Keramik Asing yang berjumlah 675 buah, Keramik Lokal berjumlah 775 buah, Keramik Temuan Bawah Laut (Ditlinbinjarah) 472 buah dan Keramik Hibah dari Bea Cukai (bawah laut, yang terdiri dari Keramik Asing China Abad 9 s.d. 10) sebanyak 6.844 buah.



Koleksi Keramik Asing terdiri dari: keramik Tiongkok, Thailand, Vietnam, Jepang dan Eropa dari abad 16 sampai dengan awal abad 20. Koleksi Keramik Lokal antara lain menampilkan keramik dari beberapa daerah Indonesia antara lain dari daerah Aceh, Medan, Palembang, Lampung, Jakarta, Bandung. Purwakarta, Yogyakarta, Malang, Bali, Lombok, dll. Serta masih terdapatnya koleksi pada abad ke-14 yakni keramik zaman Majapahit. Sedangkan Koleksi Keramik Temuan Bawah Laut (Ditlinbinjarah) dan Keramik Hibah dari Bea Cukai (bawah laut) antara lain banyak yang berasal dari China yakni keramik pada masa Dinasti Ming dan Ching.




Kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Museum Seni Rupa dan Keramik di Kota Tua, Jakara Barat, cukup tinggi, mencapai 200 orang, bahkan bisa sampai 1.000 orang per hari. Dari data Museum Seni Rupa dan Keramik, jumlah kunjungan pada tahun 2009 sampai Bulan Oktober mencapai 31.000 pengunjung. Tercatat Murid sekolah dasar (SD) yang paling banyak mengunjungi, disusul wisatawan lokal (pengunjung dari berbagai daerah di Indonesia), kemudian mahasiswa, pelajar SLTP, serta siswa/siswi SLTA.

Begitu kita masuk ke area Museum dari depan, tampak beranda yang luas menyambut para pengunjung dan pintu masuk ke hall utama, di apit dua patung seniman besar yaitu : Raden Saleh dan Sudjojono, tak lupa disertakan pula prasasti sejarah gedung. Masuk ke bagian kiri persis seperti bagian kanan (simetris) disambut pahatan pahatan kayu menghiasi lorong, sedang di dalam ruangan yang berpintu besar tersebut tersimpan koleksi lukisan dan keramik, salah satunya adalah potret diri seniman lukis Indonesia, Affandi. Di dalam terdapat ruangan-ruangan, bukan hanya berlantai satu, tetapi ada pula lantai duanya, yang duhubungkan dengan tangga putar dari besi tempa. pada lantai satu, pijakkannya adalah kayu jati yang tebal.



Museum Seni Rupa dan Keramik dilengkapi sebuah Perpustakaan yang memiliki buku-buku seni rupa yang bisa dijadikan panduan tentang seni rupa.selain itu terdapat pula Toko Cinderamata yang menjual souvenir-souvenir yang spesifik untuk pengunjung seperti: kartu pos, buku seni rupa, kerajinan, sketsa, kipas, patung lucu dan lain-lain. Selain itu terdapat pula Ruang gudang koleksi, Ruang bengkel/preparasi serta Ruang auditorium.





Museum ini buka Selasa s/d Minggu dari pukul 09.00 - 15.00 WIB. Kecuali Senin dan Hari Besar tutup. Museum Seni Rupa dan Keramik Jakarta baru saja rampung menyusun buku katalog lengkap dari benda-benda seni koleksinya. Penyusunan buku tebal terdiri atas dua jilid merupakan hal yang penting untuk menangkal berbagai usaha pencurian lukisan.

0 komentar:

Posting Komentar